Sabtu, 15 Januari 2011

Mandala Game Over

Maskapai Mandala Air mendadak mengumumkan berhenti operasi sementara selama 45 hari. Pengumuman ini cukup mengejutkan karena Mandala selama ini dikenal beroperasi dengan baik dan menjadi satu-satunya maskapai swasta yang mendapatkan sertifikasi keselamatan dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Internasional (IATA).

Direktur Utama Mandala Diono Nurjadin mengaku maskapai yang dipimpinnya mengalami kerugian bisnis, dan kesulitan keuangan. Mandala pun mengajukan permohonan penundaan pembayaran utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga, Jakarta Pusat. Dengan permohonan itu, Mandala berharap memiliki waktu untuk merestrukturisasi keuangan perusahaan, sekaligus memberi ruang bagi investor baru masuk menyuntikan dana ke maskapai berusia 42 tahun tersebut. Maskapai itu juga mengembalikan lima pesawat Airbus yang disewa dari Indigo, perusahaan pemilik pesawat yang sekaligus menjadi pemegang 49 persen saham Mandala.

Pengumuman itu mengejutkan sejumlah kalangan karena Mandala yang mulai  beroperasi sejak 1969 dikenal beroperasi dengan baik. Maskapai ini semula didirikan dan dikelola Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Namun pada April 2006, Kostrad mendivestasikan seluruh sahamnya dan diambil oleh Cardig International. Enam bulan kemudian, atau tepatnya Oktober 2006, Indigo Partners masuk dan menguasai 49 persen saham Mandala.

Lantas, siapa sesungguhnya Cardig dan Indigo?
Cardig International merupakan perusahaan nasional yang bergerak pada jasa layanan logistik. Mulanya, pada tiga dekade lalu, Cardig membuka bisnis dengan menyediakan jasa penerbanganan kargo pada perusahaan penerbangan internasional di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Perusahaan ini berkembang. Saat Bandara Soekarno-Hatta dibuka, Cardig membuat layanan ground handling melalui JAS Airport Services. Pelanggan awalnya adalah Singapore Airlines, Cathay Pacific Airways, Lufthansa, dan Malaysia Airlines. Namun, belakangan bertambah AirAsia, Merpati, dan Mandala sendiri.

Bisnis utamanya, pengiriman logistik, dikelola melalui UPS Cardig International, Gotrans, Cardig Express, dan Cardig Air. Tak hanya itu, Cardig juga mengembangkan sayap di bisnis katering, melalui JAS Catering, Pangansari Utama, Purantara Mitra Angkasa Dua, dan Jasapura Angkasa Boga. Cardig saat ini telah memperkerjakan lebih dari 7.000 karyawan.

Sementara itu, Indigo Partners merupakan perusahaan investasi asal Amerika Serikat yang menanamkan modalnya pada sektor transportasi dan penerbangan. Indigo memiliki saham di Spirit Airlines (AS), Wizz (Eropa), Tiger (Singapura), dan Abnanova Airlines (Rusia).

Lalu, siapa tokoh dibalik Mandala?
Saat mengakuisisi Mandala, Cardig tengah dipimpim Diono Nurjadin. Anak pilot pesawat tempur TNI-AU Marsekal Rusmin Nurjadin ini kemudian memimpin langsung Mandala, sebelum akhirnya membajak Warwick Brady.

Di tangan Warwick, Mandala berhasil melakukan restrukturisasi. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap keamanan Mandala berhasil dijawab dengan keluarnya izin terbang ke Eropa bersama Garuda Indonesia pada Juli 2009.

Maklum saja, Mandala sempat terjerembab ke titik nadir saat Boeing 737-200 bernomor penerbangan RI-091, jatuh di Padang Bulan, Medan, 5 Oktober 2005. Kecelakaan di siang hari ini menewaskan 143 orang. Masa itu sulit bagi warga Indonesia, apalagi orang Medan, kembali terbang dengan Mandala.

Namun, entah alasan apa, Warwick yang mantan pilot asala Afrika Selatan ini mundur pada Februari 2009. Konon, mundurnya Warwick karena berseteru dengan pemegang saham. Warwick ingin mengembangkan Mandala sebagai pesawat yang memiliki nilai lebih, terutama soal keamanan. Namun pemegang saham bersikukuh menjadikan Mandala sebagai pesawat murah layaknya AirAsia.

Setelah Warwick mundur, Diono kembali memegang kendali Mandala. Namun, belum genap setahun Diono memimpin, Mandala mengumumkan menyetop seluruh penerbangan Mandala.
Alasan Diono, maskapai yang dipimpinnya mengalami kerugian bisnis, dan kesulitan keuangan. Tarif sewa pesawat yang dikenakan oleh Indigo Partners terlampau mahal sehingga memberatkan perusahaan. Tak pelak, Mandala harus mengembalikan lima pesawat Airbus yang disewa dari Indigo, perusahaan pemilik pesawat yang sekaligus menjadi pemegang 49 persen saham Mandala.
vivanews

Tidak ada komentar: